Kini yang tersisa, bekas-bekas kejadian. Kini yang nampak penderitaan korban. Mereka harus kehilangan tempat tingal. Berdiam di penampungan sementara, menunggu uluran tangan. Sebuah kehidupan yang pasti sangat sukar.
Kini, semua orang mencurahkan perhatian untuk membantu mereka: dengan bantuan yang dapat diberikan.
Semua orang membantu mereka. Semua orang menunjukkan mereka dapat merasakan penderitaan yang korban rasakan.
Kita bangga melihat perhatian yang besar dari semua orang itu. Tentu kita bersyukur pada keadaan ini. Karena pada pandangan kita tentu seharusnya, semua orang merasa sensitif terhadap penderitaan yang orang lain alami. Membantu apa yang dapat dibantu. Menolong, dengan bantuan yang maksimal.
Ini adalah modal sosial yang besar bagi bangsa ini. Modal sosial yang dapat dikembangkan untuk bersama-sama bangkit. Bangkit dan membawa bangsa ini menjadi bangsa yang lebih maju.
Kita menganggap penting hal ini karena dengan demikian bangsa ini akan dapat maju bersama. Keprihatinan, solidaritas, akan menjadi modal kita bersama untuk bergerarak membangun kekuatan bersama bagi kemajuan bangsa ini.
Kita berharap partisipasi yang besar itu, perhatian yang diberikan, dan sentuhan kemanusiaan yang menyerap dalam tindakan, tidak habis sampai di sini.
Kita merasa masih banyak hal yang memerlukan modal sosial itu. Sebab, selama ini keadaan kita sangat payah.
Paling tidak, kita melihat bahwa seandainya perhatian pemerintah terhadap rakyat bisa diteruskan, seharusnya pemerintah bisa lebih memikirkan keselamatan warga bangsa ini sebelum warga bangsa ini menderita.
Memang sudah terlambat bagi kita untuk menyalahkan pemerintah yang lambat memperhatikan tanggul yang sudah dibangun sejak zaman Belanda, 80 tahun lalu. Sudah terlambat bagi pemerintah untuk menjaga kelestarian tanggul ini.
Sudah terlambat kita menyalahkan pemerintah yang tidak memperhatikan laporan masyarakat beberapa waktu lalu tentang perkembangan tanggul ini.
Tetapi, kita masih punya kesempatan. Kita masih bisa melakukan evaluasi terhadap kejadian ini. Evaluasi yang seyogyanya bisa menjadi pelajaran bagi pemerintah dalam upaya menjaga fasilitas umum. Upaya pemerintah dalam menjaga dan memerlihara sumber-sumber potensial bagi keamanan banyak orang.
Karena sesungguhnya yang harus diperhatikan pemerintah bukan saja bangunan seperti bendungan besar -yang juga banyak di Indonesia, tetapi juga bangunan dan fasilitas umum lain. Banyak bangunan tua di Indonesia yang keadaannya harus diperhatikan seiring perjalanan waktu.
Banyak fasilitas yang sudah tua yang sampai hari ini juga masih digunakan oleh masyarakat, setiap hari ininya. Evaluasi terhadap soal-soal seperti ini seharusnya menjadi tanggung jawab pemerintah melalui leading sektornya. Termasuk pemerintah kita di Kalimantan Barat.
Kiranya, jika hal-hal seperti ini bisa dilakukan kita bisa memastikan perhatian pemerintah terhadap nasib rakyat benar-benar diperhatikan.
Kiranya, nasib rakyat diperhatikan hanya di saat mereka menderita. Di saat mereka mendapat musibah. Tetapi di saat mereka sehat pun mereka diperhatikan.
http://www.borneotribune.com/tajuk-rencana/kita-belajar-dari-peristiwa-situ-gintung.html
Selasa, 07 April 2009
Belajar dari situ gintung
Senin, 09 Februari 2009
Tren Reboisasi Hutan Dunia
Hasil riset Forest Identity mendapati proses reboisasi hutan kini menjadi tren dunia. Tapi tidak di Indonesia dan Brasil.
Pada 1810, sebuah perubahan besar terjadi Denmark: penggundulan hutan berhenti. Sebagai gantinya, hutan baru bermunculan. Perpindahan penduduk dari desa ke kota dan menipisnya lahan yang subur untuk ditanami ditengarai menjadi salah satu penyebabnya. Tren itu lalu menyebar ke negara lain di Eropa dan Amerika Serikat.
Nah, Senin pekan lalu, kabar mengejutkan kembali datang. Kali ini dari Forest Identity. Menurut hasil riset lembaga itu, yang dimuat di jurnal milik National Academy of Sciences Amerika, hutan baru bermunculan di sejumlah negara. Kesimpulannya, kata jurnal itu, masa depan hutan belantara di dunia tidaklah buruk-buruk amat.
"Kami tak mengira trennya lebih baik daripada yang semula kami perkirakan," kata Profesor Pekka Kauppi, yang memimpin riset itu. "Kami melihat tak lama lagi era penggundulan hutan akan segera berakhir. Ini bukan sebuah ramalan, melainkan keniscayaan." Kauppi sampai pada kesimpulan itu setelah timnya menganalisis data milik Badan Pangan dan Pertanian Perserikatan Bangsa-Bangsa (FAO).
Data FAO itu berisi tren masalah kehutanan di 229 negara pada 1990-2005. Informasi itu lalu mereka kompilasi dengan area dan populasi hutan di 50 negara yang paling banyak hutannya. Mereka juga memakai teknik analisis baru: mengukur volume kayu, biomassa, dan jumlah karbon.
"Kami jadi tahu gambaran utuh suatu ekosistem," tutur Kauppi. Riset itu juga menemukan kehadiran hutan-hutan baru di 22 negara, yang kian rimbun. Ekspansi wilayah hutan terbesar terjadi di Cina dan Amerika Serikat, disusul Spanyol, Vietnam, dan India, yang menggalakkan program reboisasi--penanaman hutan kembali.
India tercatat sebagai negeri padat penduduk yang kondisi hutannya stabil. Secara keseluruhan, riset itu menyebutkan, pada 2000-2005, wilayah hutan di Asia bertambah hingga 1 juta hektare. "Bumi sudah lama menderita akibat epidemi penebangan hutan," ujar Jesse Ausubel, peneliti dari Rockefeller University di New York.
"Kini manusia mulai membantu menyebarkan wabah reboisasi." Benarkah? Sebaiknya Anda jangan keburu senang dulu dengan hasil riset Forest Identity. Mark Aldrich dari WWF International's Forests for Life Program justru mendapati saban tahun ada sekitar 13 juta hektare hutan di dunia yang gundul.
"Jadi era pembalakan hutan belum akan segera berakhir," katanya. Ia beralasan tren penggundulan hutan justru kian merajalela di sejumlah negara. Parahnya, itu terjadi di negara yang selama ini dikenal memiliki hutan hujan tropis terbesar di dunia.
Ah, Anda pintar! Riset itu memang menyebutkan penggundulan hutan kian marak di Brasil dan Indonesia. Indonesia bahkan merupakan negara dengan tingkat penebangan hutan tertinggi di dunia. Bayangkan saja, hutan di negeri yang tanahnya subur ini berkurang enam persen setiap tahun. "Ini masalah serius!" ujar Kauppi.
Guru besar kehutanan di University of Helsinki, Finlandia, itu, seperti dikutip situs National Geographic, mempertanyakan keseriusan upaya pemerintah Brasil dan Indonesia dalam memerangi penebangan hutan secara liar. "Kalau Cina dan India saja bisa, mengapa Brasil dan Indonesia tidak?"
Boleh jadi reboisasi hutan belum akan menjadi tren di dunia. Setidaknya di Indonesia.
sumber : http://forum.kafegaul.com/showthread.php?t=155551
Es Mencair di Kutub Utara Picu Pemanasan Global
Washington, (ANTARA News) - Es yang makin cepat cair di laut Kutub Utara ternyata tidak hanya berdampak kepada beruang kutub dan anjing laut.
Suatu studi yang disiarkan, Selasa, menyatakan bahwa peristiwa itu dapat memacu temperatur yang makin hangat hingga ratusan kilometer ke daratan.
Hal itu berarti sangat mungkin akan terjadi pencairan di tanah yang telah lama beku, yang disebut "permafrost". Pada gilirannya, pencairan permafrost akan mengakibatkan dampak besar pada ekosistem maupun prasarana seperti pipa saluran dan pengeboran minyak.
Hal itu juga berarti makin menyebarnya gas pemanasan global di Rusia, Alaska dan Kanada, kata beberapa ilmuwan.
Studi tersebut sangat berkaitan, sehubungan pencairan es pertama kali terjadi tahun lalu di laut es Kutub Utara. Lapisan es di Laut Kutub Utara menyusut 30 persen di bawah angka rata-rata.
Rekor pencairan lain diramalkan bakal terjadi tahun ini, tapi belum diketahui apakah itu merupakan awal dari suatu kecenderungan.
"Pola iklim kita menunjukkan bahwa kehilangan es secara cepat bukanlah kejutan," kata David Lawrence dari "National Center for Atmospheric Research", salah seorang penulis studi tersebut.
"Ketika anda menghadapi kondisi tertentu di Kutub Utara --es tipis, banyak es tahun-pertama (yang berbeda dengan es lebih lama yang lebih kokoh)-- artinya kita mungkin menghadapi situasi ... kehilangan lapisan es secara cepat dan terus-menerus selama lima hingga 10 tahun," kata Lawrence melalui telefon dari Colorado.
Di dalam masa seperti itu, suhu musim gugur di sepanjang pantai Kutub Utara Rusia, Alaska dan Kanada dapat naik 5 derajat Celsius, ungkap temuan model iklim dalam studi tersebut. Musim gugur seringkali menjadi saat terhangat di daerah itu.
Saling berhubungan
Temperatur sejak Agustus hingga Oktober tahun lalu di daratan di bagian barat Kutub Utara juga lebih hangat, sekitar 2 derajat Celsius di atas temperatur rata-rata pada 1978-2006. Hal itu menimbulkkan tanda-tanya mengenai hubungan antara laut es yang menyusut dan temperatur daratan yang makin hangat.
Para ilmuwan tersebut mendapati bahwa ketika laut es mencair dengan cepat, daratan Kutub Utara menghangat tiga setengah kali lebih cepat dibandingkan angka rata-rata yang diramalkan dalam model cuaca Abad 21.
Pemanasan terbesar terjadi di lautan tapi simulasi menunjukkan bahwa peristiwa tersebut dapat menjangkau hingga 900 mil dari pantai.
Beberapa wilayah tempat "permafrost" sudah terancam, seperti di bagian tengah Alaska, pencairan laut es dengan cepat dapat mengarah kepada pencairan "permafrost" dengan cepat.
Dampak dari pencairan itu sudah terbukti di beberapa bagian Alaska, kata para ilmuwan tersebut: beberapa kantung tanah ambruk akibat es di dalamnya mencair, jalan raya amblas, rumah tak stabil dan pepohonan miring tak beraturan yang disebut fenomena ai "hutan mabuk" akibat tanah di bawahnya merekah.
"Ada saling keterkaitan di Kutub Utara," kata Lawrence. "Ketika laut es makin cepat menyusut, hal itu berdampak pada bagian lain sistem, misalnya suhu yang menghangat di daratan. Suhu yang menghangat di daratan dapat mempercepat degradasi "permafrost", terutama "permafrost" yang sudah menghangat saat ini".
sumber : antara news
Kebakaran Hutan
sumber : www.walhi.or.id
| |
Kebakaran hutan adalah bencana bagi keberlanjutan lingkungan hidup. |
Kebakaran hutan terbesar tahun ini terjadi di Palangkaraya. Bancana ini mengakibatkan bandara tertutup asap, dan kota Palangkaraya gelap tertutup asap pada siang hari. Ketika bencana terjadi dua hari anak-anak sekolah dasar di palangkaraya diliburkan untuk menghindari asap. Bencana kebakaran hutan juga terjadi di Riau, Jambi, dan Lampung. Kerugian terjadi bukan hanya hilangnya hutan ratusan hektar, namun juga penyakit ISPA, macetnya roda perekonomian serta transportasi.
Bahaya Limbah Cair Pertambangan Batubara
By stanleywush
Oleh Suhartono Ketua Umum Yayasan Lestari
Dampak negative dari aktifitas pertambangan batu bara bukan hanya menyebabkan terjadi kerusakan lingkungan. Melainkan, ada bahaya lain yang saat ini diduga sering disembunyikan parapengeoloa pertambangan batu bara di Indonesia. Kerusakan permanent akibat terbukanya lahan, kehilangan beragama jenis tanaman, dan sejumlah kerusakan lingkungan lain ternyata hanya bagian dari dampak negative yang terlihat mata.
PERTAMBANGAN batubara ternyata menyimpan bahaya lingkungan yang berbahaya bagi manusia. Bahaya lain dari pertambangan batu bara adlaah air buangan tambang berupa luput dan tanah hasil pencucian yang diakibatkan dari proses pencucian batubara yang lebih popular disebut Sludge
Saat ini banyak analis pertambangn yang tidak mamu mengekspose secara detail tentang bahaya air cucuian batubara. Limbah cucian batu bara yang ditampung dalam bak penampung sangat berbahaya karena mengandung logam-logam beracun yang jauh lebih berbahaya disbanding proses pemurnian pertambangan emas yang mengunakan sianida (CN).
Proses pencucian dilakukan untuk menjadi batubara lebih bersih dan murni sehingga memiliki nilai jual tinggi. Proses ini dilakukan karena pada saat dilakukan eksploitasi biasanya batubara bercampur tanah dan batuan.
Agar lbih mudah dan muerah, dibuatlah bak penampung untuk pencucian. Kolam penampung itu berisi air cucian yang bercampur lupur. LSM lingkungan JATAM menyebutnya dana beracun yang berisi miliaran gallon limbah cair batubara
Sluge mengandung bahan kimia karsinogenik yang digunakan dalam pemrosessan batubara yang logam berat berancun yang terkandung di batubara seperti arsenic, merkuri, kromium, boron, selenium dan nikel.
Dibandingkan tailing dari limbah luput pertambangan emas, unsure berancun dari logam berat yang ada limbah pertambangan batubara jauh lebih berbahaya. Sayangnya sampai sekarang tidak ada publikasi atau informasi dari perusahan pertambangan terhadap bahaya sluge kepada masyarakat di sekitar pertambangan.
Unsure beranu menyebabkan penyakit kulit, gangguan pencernaan, paru dan penyakit kanker otak. Air sungai tempat buangan limbah digunakan masyarkat secara terus menerus. Gejala penyakit itu biasa akan tampka setelah bahan beracun terakumulasi dalam tubuh manusia.
Beberapa perusahaan tambang di Kalimantan Timur ditengarai tridak melakukan pengelolaan water treatmen terhadap limbah buangan tambang dan juga tanpa penggunaan bahan penjernih Aluminum Clorida, Tawar dan kapur. Akibatnya limbang buann tambang menyebabkan sungai sarana pembuagan limbah cair berwarna keruh.
Alangkah bijaknya jika perusahaan pertambangan batubara tetap memperhatikankualitas limbah tambangnyha dengan membuat water treatment dan pengunaan bahan penjernih air hingga limbah buangan aman bagi masyarakat dan lingkungan.
Advokasi Pencemaran Udara
Secara umum, terdapat 2 sumber pencemaran udara, yaitu pencemaran akibat sumber alamiah (natural sources), seperti letusan gunung berapi, dan yang berasal dari kegiatan manusia (anthropogenic sources), seperti yang berasal dari transportasi, emisi pabrik, dan lain-lain. Di dunia, dikenal 6 jenis zat pencemar udara utama yang berasal dari kegiatan manusia (anthropogenic sources), yaitu Karbon monoksida (CO), oksida sulfur (SOx), oksida nitrogen (NOx), partikulat, hidrokarbon (HC), dan oksida fotokimia, termask ozon.
Di Indonesia, kurang lebih 70% pencemaran udara disebabkan oleh emisi kendaraan bermotor. Kendaraan bermotor mengeluarkan zat-zat berbahaya yang dapat menimbulkan dampak negatif, baik terhadap kesehatan manusia maupun terhadap lingkungan, seperti timbal/timah hitam (Pb), suspended particulate matter (SPM), oksida nitrogen (NOx), hidrokarbon (HC), karbon monoksida (CO), dan oksida fotokimia (Ox). Kendaraan bermotor menyumbang hampir 100% timbal, 13-44% suspended particulate matter (SPM), 71-89% hidrokarbon, 34-73% NOx, dan hampir seluruh karbon monoksida (CO) ke udara Jakarta. Sumber utama debu berasal dari pembakaran sampah rumah tangga, di mana mencakup 41% dari sumber debu di Jakarta. Sektor industri merupakan sumber utama dari sulfur dioksida. Di tempat-tempat padat di Jakarta konsentrasi timbal bisa 100 kali dari ambang batas.
Sementara itu, laju pertambahan kendaraan bermotor di Jakarta mencapai 15% per tahun sehingga pada tahun 2005 diperkirakan jumlah kendaraan bermotor di Jakarta mencapai 2,8 juta kendaraan. Seiring dengan laju pertambahan kendaraan bermotor, maka konsumsi bahan bakar juga akan mengalami peningkatan dan berujung pada bertambahnya jumlah pencemar yang dilepaskan ke udara.
Tahun 1999, konsumsi premium untuk transportasi mencapai 11.515.401 kilo liter [Statistik Perminyakan Indonesia, Laporan Tahunan 1999 Direktorat Jenderal Minyak dan Gas Bumi]. Dalam setiap liter premium yang diproduksi, terkandung timbal (Pb) sebesar 0,45 gram sehingga jumlah Pb yang terlepas ke udara total sebesar 5.181,930 ton. Dengan pertumbuhan penjualan mobil dan sepeda motor sebesar 300% dan 50% diperkirakan tahun 2001 polusi akibat timbal (Pb) meningkat.
Menurut penelitian Jakarta Urban Development Project, konsentrasi timbal di Jakarta akan mencapai 1,7-3,5 mikrogram/meter kubik (ìg/m3) pada tahun 2000. Menurut Bapedalda Bandung, konsentrasi hidrokarbon mencapai 4,57 ppm (baku mutu PP 41/1999: 0,24 ppm), NOx mencapai 0,076 ppm (baku mutu: 0,05 ppm), dan debu mencapai 172 mg/m3 (baku mutu: 150 mg/m3).
sumber: www.walhi.or.id
Minggu, 08 Februari 2009
BANJIR MELANDA KOTA SEMARANG????????
Semarang sekarang ini sedang dalam keadaan yang terpuruk..sejak tanggal 8 feb 2009 banjir melanda kota semarang. Mungkin ini banjir terdahsyat di kota semarang diawal tahun ini. Di daerah karang ayu misalnya, banjir melanda sejak hari minggu tanggal 8 feb 2009 sekitar jam 02.00 pagi hari. Banjir dengan ketinggian 1m membuat rumah warga tergenang air.sehingga mereka terpaksa mengungsi ke tempat yang lebih tinggi.mungkin tidak hanya di daerah karang ayu saja, tapi hampir semua daerah yang berada di dataran rendah.
lalu apa yang membuat semarang banjir??
bersambung.........