Senin, 09 Februari 2009

Es Mencair di Kutub Utara Picu Pemanasan Global

Washington, (ANTARA News) - Es yang makin cepat cair di laut Kutub Utara ternyata tidak hanya berdampak kepada beruang kutub dan anjing laut.

Suatu studi yang disiarkan, Selasa, menyatakan bahwa peristiwa itu dapat memacu temperatur yang makin hangat hingga ratusan kilometer ke daratan.

Hal itu berarti sangat mungkin akan terjadi pencairan di tanah yang telah lama beku, yang disebut "permafrost". Pada gilirannya, pencairan permafrost akan mengakibatkan dampak besar pada ekosistem maupun prasarana seperti pipa saluran dan pengeboran minyak.

Hal itu juga berarti makin menyebarnya gas pemanasan global di Rusia, Alaska dan Kanada, kata beberapa ilmuwan.

Studi tersebut sangat berkaitan, sehubungan pencairan es pertama kali terjadi tahun lalu di laut es Kutub Utara. Lapisan es di Laut Kutub Utara menyusut 30 persen di bawah angka rata-rata.

Rekor pencairan lain diramalkan bakal terjadi tahun ini, tapi belum diketahui apakah itu merupakan awal dari suatu kecenderungan.

"Pola iklim kita menunjukkan bahwa kehilangan es secara cepat bukanlah kejutan," kata David Lawrence dari "National Center for Atmospheric Research", salah seorang penulis studi tersebut.

"Ketika anda menghadapi kondisi tertentu di Kutub Utara --es tipis, banyak es tahun-pertama (yang berbeda dengan es lebih lama yang lebih kokoh)-- artinya kita mungkin menghadapi situasi ... kehilangan lapisan es secara cepat dan terus-menerus selama lima hingga 10 tahun," kata Lawrence melalui telefon dari Colorado.

Di dalam masa seperti itu, suhu musim gugur di sepanjang pantai Kutub Utara Rusia, Alaska dan Kanada dapat naik 5 derajat Celsius, ungkap temuan model iklim dalam studi tersebut. Musim gugur seringkali menjadi saat terhangat di daerah itu.


Saling berhubungan

Temperatur sejak Agustus hingga Oktober tahun lalu di daratan di bagian barat Kutub Utara juga lebih hangat, sekitar 2 derajat Celsius di atas temperatur rata-rata pada 1978-2006. Hal itu menimbulkkan tanda-tanya mengenai hubungan antara laut es yang menyusut dan temperatur daratan yang makin hangat.

Para ilmuwan tersebut mendapati bahwa ketika laut es mencair dengan cepat, daratan Kutub Utara menghangat tiga setengah kali lebih cepat dibandingkan angka rata-rata yang diramalkan dalam model cuaca Abad 21.

Pemanasan terbesar terjadi di lautan tapi simulasi menunjukkan bahwa peristiwa tersebut dapat menjangkau hingga 900 mil dari pantai.

Beberapa wilayah tempat "permafrost" sudah terancam, seperti di bagian tengah Alaska, pencairan laut es dengan cepat dapat mengarah kepada pencairan "permafrost" dengan cepat.

Dampak dari pencairan itu sudah terbukti di beberapa bagian Alaska, kata para ilmuwan tersebut: beberapa kantung tanah ambruk akibat es di dalamnya mencair, jalan raya amblas, rumah tak stabil dan pepohonan miring tak beraturan yang disebut fenomena ai "hutan mabuk" akibat tanah di bawahnya merekah.

"Ada saling keterkaitan di Kutub Utara," kata Lawrence. "Ketika laut es makin cepat menyusut, hal itu berdampak pada bagian lain sistem, misalnya suhu yang menghangat di daratan. Suhu yang menghangat di daratan dapat mempercepat degradasi "permafrost", terutama "permafrost" yang sudah menghangat saat ini".

sumber : antara news

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Love is...
© my_dre4m - Template by Blogger Sablonlari - Font by Fontspace